Beberapa waktu yang lalu IDSN pernah mempublikasi inspirasi tipografi karya Artimasa. Nah biar lebih dekat sama desainernya, berikut ini petikan wawancara singkat antara IDSN dan Artimasa a.k.a Ajir, seorang desainer tipografi yang berdomisili di Banda Aceh. Yuk simak!
Halo Bro Ajir, silakan bro perkenalkan diri dulu “Siapa Anda dan Artimasa” untuk kawan IDSN!
Halo IDSN, nama saya Ajir, Saya berasal dari Aceh dan saat ini berdomisili di Banda Aceh. Artimasa adalah personal brand yang saya pakai dan kedepannya dimaksudkan sebagai studio lettering yang fokus menggarap proyek-proyek lettering dan perancangan typeface.
Siapa yang pertama kali mengenalkan desain grafis dan apa yang menyebabkan Anda ‘terjebak’ dalam bidang ini?
Sejak kecil saya sudah ngefans berat sama logo Pirelli, sebuah perusahaan yang menghasilkan produk ban yang tampil di jersey klub sepak bola Intermilan. Saat itu saya belum paham apa itu desain grafis, apalagi tipografi. Baru pada saat awal-awal kuliah, saya diperkenalkan oleh seorang teman dengan desain grafis, sebelum akhirnya belajar lebih dalam dan menekuninya dengan serius sampai sekarang.
Saya mulai jatuh cinta pada desain grafis sejak saya paham tentang peranan desain dalam industri dan pengaruhnya pada masyarakat luas. Yang menarik adalah tantangannya, bagaimana desainer dituntut untuk bisa menerjemahkan suatu permasalahan yang kompleks menjadi bahasa visual yang sederhana dan mudah dimengerti. Dan seringkali jasa desainer itu tidak disadari dan diapresiasi oleh penggunanya. Sehingga (bagi saya) desainer itu seperti pahlawan tanpa tanda jasa. 😀
Sepertinya Anda lebih intens menekuni dunia tipografi? Kenapa?
Selain karena soal logo Pirelli yang saya ceritakan diatas, sejak kecil saya memang lebih disibukkan dengan tampilan estetika dari tulisan tangan di buku catatan dari pada isi yang terkandung didalamnya. 😛
Fokus saya lebih kepada lettering dan perancangan huruf script. Di kedua hal tersebut, saya merasa lebih bebas bereksplorasi dan bereksperimen. Menggabungkan unsur humanis kedalam rancangan huruf menjadi tantangan tersendiri yang membuat saya cukup betah bergelut didalam bidang ini.
Karya tipografi dan typeface yang Anda ciptakan sangat keren alias emejing, belajar secara otodidak atau belajar secara formal kuliah desain grafis?
Haha, terima kasih. Saya belajar tipografi secara otodidak, trial and error, bahkan sampai kamar saya berantakan dengan kertas, tinta dan alat tulis. Saya tidak pernah menempuh pendidikan desain grafis secara formal. Meskipun begitu, saya tetap melihat bahwa pendidikan secara formal sangat penting bagi siapapun yang ingin terjun ke bidang ini.
Menggabungkan unsur humanis kedalam rancangan huruf menjadi tantangan tersendiri yang membuat saya cukup betah bergelut didalam bidang ini.
Bisa diceritakan bagaimana proses kreatif Anda mulai dari konsep hingga desain final?
Proses yang saya terapkan dalam setiap perancangan bisa berbeda-beda satu sama lain, tergantung proyek-nya juga sih. Pada umumnya, saya biasa memulai dengan copywriting yaitu mencari kata dan tagline yang sesuai. Selanjutnya, membuat sketsa kasar menggunakan alat tulis yang sesuai dengan tema yang diinginkan, tahap ini biasanya lebih santai karena bisa dilakukan sambil nonton film, denger musik, dll. Baru setelah itu masuk kedalam tahapan mempertegas garis-garis dengan acuan sketsa kasar tadi sehingga kita mendapatkan gambaran lebih jelas dan mendekati hasil akhir yang diinginkan. Tahap akhir adalah scanning dan digitizing menggunakan aplikasi Adobe Illustrator di komputer.
Anda sering membuat tipografi dari kata-kata slang yang menyebar dikalangan remaja di Indonesia, bisa diceritakan apa makna dibalik itu?
Ide dari membuat series tipografi itu awalnya lahir karena saya merasa jenuh dengan desain t-shirt yang marak beredar menggunakan bahasa inggris yang tidak mengandung pesan apapun. Seperti “Division Middle Field”, “Boston Highway-1948”, “Saint Denis”, dsb. Maka kemudian munculah ide untuk membuat semacam series dalam bentuk lettering bernada sindiran atau sekedar lucu-lucuan, walaupun belum diaplikasikan kedalam kaos.
Apa proyek tipografi terbesar yang pernah atau sedang Anda kerjakan?
Proyek yang saya kerjakan untuk Envato menurut saya adalah proyek paling besar yang pernah saya kerjakan. Saya diminta untuk membuat lettering dengan tagline yang diusung Envato dan rencananya lettering tersebut akan dimural di kantor pusat mereka.
Siapa desainer favorit Anda?
Saya punya banyak sekali influence dan tidak mungkin semuanya disebutkan disini. Beberapa yang sangat menginspirasi saya diantaranya ada Michael Doret, James T. Edmundson, Sergey Shapiro, dan Jessica Hische.
Bagaimana menurut Anda perkembangan desain grafis di Indonesia terutama dalam seni tipografi dan type foundry?
Secara umum, desain grafis Indonesia mengalami perkembangan yang sangat cepat dari hari ke hari. Terlebih di era informasi seperti sekarang. Untuk tipografi juga sama, hanya saja harapan saya agar nantinya akan lebih banyak desainer-desainer Indonesia yang concern ke tipografi, karena kita kaya sekali akan budaya dan elemen-elemen yang diusung dalam setiap budaya bisa diadopsi kedalam tipografi sehingga melahirkan karya yang unik dan berciri khas Indonesia.
Motto Anda yang memotivasi untuk terus berkarya?
“Go Big or Go Home!”
Terakhir, pesan untuk kawan IDSN agar lebih hebat dalam berkarya?
Jangan jadi “Jack of all trades, master of none“, yaitu orang yang bisa beberapa hal, tapi tidak expert dalam bidang apapun. Fokus dan nikmati saja prosesnya.
***
Demikian wawancara singkat dengan Ajir atau Artimasa. Mudah-mudahan bisa menjadi indpirasi buat kalian untuk berkarya menjadi lebih hebat. Ingin melihat karya Artimasa silakan berkunjung ke website-nya, Dribbble atau Behance.