Sangat manusiawi ketika kita ingin mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dengan sempurna. Begitupun saat kita mendesain logo, mau ga mau kita dituntut untuk menghasilkan karya yang menarik, meaningful, memorable, dan timeless. Ada berbagai faktor yang yang harus diperhatikan jika ingin membuat logoyang baik, baik untuk kita dan klien. Logo akan digunakan dalam jangka waktu lama dan dalam berbagai media, maka persiapkanlah mulai dari awal agar file logo yang kita buat tidak akan merepotkan dikemudian hari.
Ada beberapa hal (dan mungkin masih banyak hal lain) dibawah ini yang semoga bisa menjadi batasan dan pengetahuan ketika kita ingin memulai membuat sebuah logo. Silakan di cermati. Hal-hal tersebut tidak mutlak tapi penting untuk diperhatikan, meskipun Anda sendiri yang akan menentukan perlu dan tidaknya.
1. Jangan menggunakan font script untuk menulis huruf kapital
Biasanya huruf kapital pada font script dirancang untuk awal kata, begitu juga dengan huruf bertipe handwriting. Bolehlah kalo digunakan sebagai letter mark, tapi ketika font script ditampilkan sejajar dalam huruf kapital semua…hmmm mengerikan 😀
2. Jangan memulai membuat logo di Photoshop
Photoshop difungsikan untuk mengolah gambar bitmap atau foto, sedangkan logo harus dibuat dalam format vektor. Sebuah logo nantinya akan diekplorasi untuk berbagai keperluan. Kenapa harus format vektor? Karena format ini fleksibel, tidak mengalami reduksi ketika dilakukan pembesaran tanpa batasan maksimal ataupun untuk melakukan pengeditan dikemudian hari akan lebih mudah, disamping ukuran file yang relatif kecil. Untuk memulai mendesain sebuah logo, gunakan file pengolahvektor seperti Illustrator & Coreldraw. File vektorbiasanya memiliki ekstensi file .EPS . AI .CDR .SVG dan .SWF (digunakan di Flash animasi).
3. Jangan menggunakan bitmap sebagai bagian dari logo
Kesulitan akan datang kemudian jika Anda melakukannya. File bitmap dengan resolusi kecil tidak akan maksimal ketika dilakukan pembesaran. Sementara jika gambar resolusi tinggi, ukuran file-nya sangat besar. Dengan kata lain, file vektor dan bitmap ini tidak berjodoh saat dipertemukan di pelaminan sebuah karya logo 😀 — dan lebih parah lagi, Anda akan mengalami banyak kesulitan ketika diterapkan di media lain.
4. Jangan menggunakan grafis auto-trace sebagai bagian utama sebuah logo
Illustrator punya Live Trace, CorelDraw punya Trace Bitmap. Keduanya dirancang untuk merubah bitmap menjadi vektor. Namun ketika sumber gambar asli resolusinya rendah, hasil tracing tidak akan maksimal. Disamping itu, akan terjadi banyak penumpukan grafis yang tidak jelas dan tidak beraturan. Ini akan menjadi masalah ketika memasuki proses printing dan sebagainya. Anda pasti tau, sebuah gambar vektor hasil auto-trace kadang memiliki ratusan bahkan ribuan shape yang menjadi satu. Betapa susahnya ketika harus memilah satu demi satu. 😀
5. Jangan menggunakan filter efek khusus yang berlebihan
Filter efek seperti bayangan, cahaya, glow, flare ataupun bevel mungkin bagi sebagian orang akan nampak indah tapi bukan untuk sebuah logo. Gunakan warna-warna flat terlebih dahulu karena sesuai fungsinya, logo akan diterapkan ke berbagai media. Bolehlah jika Anda ingin bereksperimen dengan efek2 khusus sebagai versi 3D, jadikan itu pekerjaan kedua setelah basic logo sudah final.
6. Jangan menjiplak gambar yang Anda temukan di Internet
Sangat mudah. Ketika Anda ingin membuat logo untuk perusahaan bernama Capung Terbang misalnya; buka Google Images, searching bentar, cari-cari yang menarik… eh ketemu foto capung yang keren. Simpan gambar lalu tarik ke dokumen untuk di-trace. Dan hasilnya memuaskan. Tapi tunggu dulu, foto itu sebuah karya dan hak cipta sudah melekat didalamnya. Sebuah logo butuh orisinalitas bukan sebuah karya menarik yang dibuat dalam sekejap dengan menjiplak karya orang lain.
7. Jangan mencampur warna RGB dan CMYK
Illustrator versi baru mengijinkan Anda mencampur warna RGB dan CMYK dalam satu halaman. Ini mungkin fitur menarik, tapi berhati-hatilah ketika membuat sebuah logo, apalagi logo yang akan mengalami proses pencetakan/printing. Percampuran warna dari CMYK ke RGB atau sebaliknya tidak bisa mengkonversi otomatis dari satu palet ke palet yang lain. Lebih bijaksana jika Anda menggunakan satu palet warna untuk satu pekerjaan, CMYK untuk proses pencetakan dan RGB untuk tampilan di monitor atau website.
8. Jangan menggunakan stroke untuk outline logo
Membuat outline untuk logo dengan stroke memang cara cepat dan praktis. Tapi ketika logo mengalami pembesaran atau pengecilan, garis tersebut akan mengganggu ketika tidak ‘scale with image’ (meskipun di CorelDraw ada menu untuk ini). Garis-garis yang tidak terkontrol akan membesar ketika objek dikecilkan dan sebaliknya. Dan ini akan menjadi tidak menarik. Gunakan garis path untuk mebuat outline karena ini akan menjadi lebih stabil untuk berbagai proses penerapan logo. Di Illustrator bisa menggunakan offset path dan di CorelDraw bisa menggunakan efek Contour.
9. Jangan lupa meng-konversi font/huruf
Ketika file logo sudah final dan siap dikirim ke klien atau ingin dipindah ke komputer lain, jangan lupa mengkonversi font menjadi garis basic/kurva. Ini untuk menghindari masalah kompabilitas.
10. Jangan membiarkan garis / shape vektor terbuka
Jangan lupa menyatukan garis-garis yang terbuka atau dengan kata lain membuat dalam bentuk yang sebenarnya. Illustrator memang mengijinkan mengisi warna pada shape yang terbuka (dan di CorelDraw pun ada pilihan ‘Fill open curves’ meskipun tidak di default). Akan terlihat bagus di monitor (meskipun shape terbuka) tapi masalah akan timbul dalam proses output. Jadi selalu waspada dalam hal ini 😀
matur nuwun info yg sangat berharga buaanget mas!